Senin, 29 Juni 2015

laporan praktikum Teknologi sediaan semi solid dan liquid shampo selsun



LAPORAN PRAKTIKUM SEMI SOLID DAN LIQUID 
"SHAMPO SELSUN"
DI SUSUN OLEH 
1.CITRA YULIANA MARGIASIH
2.FENNY RAHMAWATI
3. SUSI SUSANTI

 Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat ,karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknik Sediaan Semi Solid Dan Liquid ini,yaitu “shampoo selfid” Dan kami juga berterima kasih kepada Ibu Dra Yetri Elisya Farm.,Apt dan Ibu Indri Astuti H,S.Si,Apt selaku Dosen mata kuliah Laporan Praktikum  Teknik Sediaan Semi Solid Dan Liquid  yang telah membimbing  kami.
            Kami sangat berharap Laporan ini dapat berguna dan dimengerti. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, Kami berharap adanya kritik,saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
            Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan juga bermanfaat,sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan terima kasih.

                                                                                                Jakarta,
















DAFTAR ISI


 






I.                  Tujuan Percobaan
Mengenal dan memahami cara pembuatan dan komposisi bahan dalam sediaan shampoo  dan memahami cara evaluasinya.
II.               Latar Belakang
A.    Teori Dasar
Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya minyak dan air yang stabilitasnya dapat dipertahankan dengan emulgator atau zat pengelmusi. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “M/A”. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan diberi tanda sebagai emulsi “A/M”.
Emulsi dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan emulgator atau surfaktan yang cocok. (Depkes RI, 1979)
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, 1989).
Shampo harus memiliki sifat sebagai berikut :
1.      Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.
2.      Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.
3.      Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi shampo.  Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetik.
4.      Tidak mengiritasi kulit kepala dan juga mata.
5.      Shampo harus tetap stabil.  Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam penyimpanan.  Viskosita dan pHnya juga harus tetap konstan, shampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasadrenik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan kedalamnya.


Jenis-jenis shampo
1.      Shampo bubuk
Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat pengencer biasanya digunakan natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium seskuikarbonat, dinatrium fosfat, atau boraks.
2.      Shampo emulsi
Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental.  Tergantung dari jenis zat tambahan yang digunakan, shampo ini diedarkan dengan berbagai nama seperti shampo lanolin, shampo telur, shampo protein, shampo brendi, shampo lemon, shampo susu atau bahkan shampo strawberry.
3.      Shampo krim atau pasta
Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang yang dapat memberikan konsistensi kuat.  Untuk membuat shampo pasta dapat digunakan malam seperti setilalkohol sebagai pengental.  Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida minyak kelapa atau isopropanolamida laurat.
4.      Shampo larutan
Merupakan larutan jernih.  Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi shampo ini meliputi viskosita, warna keharuman, pembentukan dan stabilitas busa, dan pengawetan.Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0,2 % larutan formaldehid 40 %, garam fenilraksa; kedua zat ini sangat racun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan pemerintah.  Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 – 1,0 %, tetapi umumnya berkadar 0,5 %.
Zat Tambahan Shampo
Untuk memperbaiki sifat detergen yang menunjukkan pengaruh jelek terhadap rambut, perlu ditambahkan zat tambahan shampo dalam formulasi shampo.
1.      Alkolobromida asam lemak
Digunakan untuk meningkatkan stabilitas busa dan memperbaiki viskosita.  Zat ini merupakan hasil kondensasi asam lemak dengan monoetanolamina ( MEA ), dietanolamina ( DEA ), atau isopropanolamina yang sesuai.
2.      Lemak bulu domba, lanolin atau salah satu derivatnya, kolesterol, oleilalkohol, dan asetogliserida
Digunakan untuk maksud memperbaiki efek condisioner detergen dasar shampo yang digunakan, sehingga rambut yang dikeramasshampokan akan mudah diatur dan memberikan penampilan rambut yang serasi.
3.      Asam amino
Terutama asam amino essensial, digunakan sebagai zat tambahan shampo dengan harapan, setelah rambut dikeramas-shampokan, zat ini akan tetap tertinggal pada kulit kepala dan rambut, dan berfungsi sebagai pelembab, karena asam amino memiliki sifat higroskopik yang akan memperbaiki kelembaban rambut.
4.      Zat tambahan shampo lain
Terdiri dari berbagai jenis zat, umunya diharapkan untuk menimbulkan efek terhadap pembentukan dan stabilisasi busa ; meliputi zat golongan glikol, provinilpirolidon, karboksimetilselulosa, dan silikon cair, terutama yang kadarnya lebih kurang 4%.
Dalam pemilihan emulgator harus memenuhi beberapa syarat yaitu :
a.)     Emulgator harus dapat campur dengan komponen-komponen lain dalan sediaan.
b.)     Emulgator tidak boleh mempengaruhi stabilitas dan efek terapeutik dari obat.
c.)     Emulgator harus stabil, tidak boleh terurai dan tidak toksik.
d.)    Mempunyai bau, warna, dan rasa yang lemah.
Teori Pembentukan Emulsi
1.)    Teori tegangan permukaan
Suatu molekul memiliki tegangan yang berbeda. Tegangan yang terjadi pada permukaan disebut tegangan permukaan. Dan tegangan yang terjadi antara dua zat yang tidak bercampur disebut tegangan bidang atas. Semakin tinggi tegangan yang dimiliki, semakin sulit untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air dapat bertambah bila diberi garam-garam an-organik dan larutan-larutan elektrolit. Namun, tegangan ini dapat dikurangi bila ditambahkan senyawa-senyawa an-organik tertentu, seperti sabun (sapo, prosesnya disebut saponifikasi).
Penambahan emulgator, dapat menghilangkan tegangan yang terjai pada masing-masing molekul, sehingga dua zat yang tidak dapat bercampur menjadi tercampur.
2.)    Teori Oriented Wedge
Dalam suatu sistem yang mengandung dua cairan yang tidak saling bercampur, zat pengemulsi akan memilih larut dalam salah satu fase dan terikat kuat dalam fase tersebut dibandingkan dengan fase lainnya. Karena umumnya, emulgator memiliki suatu bagian hidrofilik (suka air) dan hidrofobik (tidak suka air, tapi biasanya lipofilik atau suka minyak) molekul-molekul tersebut akan mengarahkan dirinya ke masing-masing fase. Dengan demikian emulgator seolah menjadi tali pengikat antar molekul, sehingga terjadi suatu kesetimbangan.
3.)    Teori Interparsial Film
Emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel dispersi. Dengan terbungkusnya partikel tersebut, maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung terhalang.Syarat emulgatornya : Dapat membentuk lapisan film kuat tapi lunak, jumlahnya cukup untuk menutup permukaan fase dispers, dapat membentuk lapisan film dengan cepat, menutup permukaan partikel dengan segera.
4.)    Teori Electric double Layer (Lapisan Listrik Rangkap)
Jika minyak terdispersi dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di depannya. “seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan”. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu molekul besar. Karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan yang sama . Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak menolak.Biasanya dalam suatu sistem emulsi tertentu lebih dari satu teori emulsifiaksi diterapkan dan berperan dalam menjelaskan pembentukan dan stabilitas emulsi tersebut. Misalnya, tegangan antar muka berperan dalam pembentukan awal emulsi, tetapi pembentukan suatu baji pelindung dari molekul-molekul atau film dari zat pengemulsi penting untuk stabilitas emulsi selanjutnya.
Faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas emulsi yaitu :
1.)    Pengaruh viskositas
Ukuran partikel yang didistribusi partikel menunjukkan peranannya dalam menentukan viskositas emulsi. Umumnya emulsi dengan partikel yang makin halus menunjukkan viskositas yang makin besar dibandingkan dengan emulsi dengan partikel yang lebih kasar. Jadi, emulsi dengan distribusi partikel yang besar memperlihatkan viskositas yang kurang / kecil.Untuk mendapatkan suatu emulsi yang stabil atau untuk menaikkan stabilitas suatu emulsi dapat dengan cara menambahkan zat-zat yang dapat menaikkan viskositasnya dari fase luar. Bila viskositas fase luar dipertinggi maka akan menghalangi pemisahan emulsi.
2.)    Pemakaian alat khusus dalam mencampur emulsi
Dalam pencampuran emulsi dapat dilakukan dengan mortir secara manual dan dengan menggunakan alat pengaduk yang menggunakan tenaga listrik seperti mikser.Untuk membuat emulsi yang lebih stabil, umumnya proses pengadukannya dilakukan dengan menggunakan alat listrik. Disamping itu penggunaan alat dapat mempercepat distribusi fase internal kedalam fase kontinu dan peluang terbentuknya emulsi yang stabil lebih besar.
3.)    Perbandingan optimum fase internal dengan fase kontinuitas
Suatu produk emulsi mempunyai nilai perbandingan fase dalam dan fase luar yang berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan jenis bahan yang digunakan ataupun karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada setiap bahan emulsi yang digunakan.
Umumnya emulsi yang stabil memiliki nilai range fase dalam antara 40% sampai 60% dari jumlah seluruh bahan emulsi yang digunaka
Pembuatan emulsi:
a.       Metode gom basah (metode Inggris)
Dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambahkan minyak sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat.
b.      Metode gom kering
Korpus emulsi dibuat dengan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom, sselanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan. Metode ini juga disebut metode 4:2:1.
c.       Metode HLB
Untuk memperoleh efisiensi emulgator perlu diperhatikan sifat-sifat dari emulgator untuk tipe sistem yang dipilih (Anief, 2007).
Klasifikasi Tipe Emulsi
Pada umumnya dikenal dua tipe emulsi yaitu :
a.)    Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci dengan air.
b.)    Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)
Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinu yang berupa air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31% sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat mudah dicuci.
B.     Prinsip
Pembuatan Shampo emulsi dengan menggunakan Elmugator dan bahan tambahan lainnya.
C.    Zat Aktif
-          Penggunaan
Selenium sulfide digunakan untuk mengatasi gangguan ketombe dan seborrheic dermatitis.
-          Farmakologi
Selenium sulfide berkerja dengan memperlambat kematian sel kulit dengan cara menghambat pembelahan mitosis secara langsung (Anonim 4,2009) dan dapat mengurangi jamur malassezia dengan menghambat aktifitas pembelahan sel jamur (Nathan, 1998).
-          Dosis
Selenium sulfide biasanya digunakan dalam konsentrasi 1 -2,5% diberikan satu hingga dua kali seminggu selama lima hingga sepuluh menit (prawito, 2009)










III.           Preformualsi Dan Permasalahan Farmasetik
A.    Preformulasi Zat Aktif
Selenium sulfide
Konsentrasi : 1 – 2,5% untuk shampoo
Khasiat : untuk mengatasi ketombe
B.     Permasalahan Farmasetik
1.      Pembuatan Shampo selsun membutuhkan waktu lama untuk meleburkan dalam jumlah banyak
C.    Preformulasi Zat Tambahan
Nama Resmi
Cera Alba
SUMBER
Nama Lain
Malam putih
FI EDISI IV Halaman 189
Pemerian
Padatan putihkekuningan,sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis;bau khas lemahdan bebas bau tengik,bobot jenis lebih kurang 0,95
FI EDISI IV Halaman 189
Kelarutan
Tidak larut dalam air;agak sukar larut dalam ethanol dingin.etanol mendidih melarutkan asam serotat dan bagian dari mirisin yang merupakan kandungan malam putih.larut sempurna dalam kloroform,dalam eter,dalam minyak lemak dan minyak atsiri.sebagian larut dalam benzene dingin dan dalam karbon disulfide dingin.pada suhu lebih kurang 30 larut sempurna dalam benzene,dan dalam karbon disulfida
FI EDISI IV Halaman 189
Jarak lebur
Antara 62 dan 65
FI EDISI IV Halaman 189
Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
FI EDISI IV Halaman 189

Nama Resmi
Natrii lauryl sulfas
SUMBER
Nama Lain
Natrium laurel sulfat
FI EDISI IV Halaman 595
Rumus Molekul
FI EDISI IV Halaman 595
Pemerian
Hablur ,kecil,berwarna putihatau kuning muda;agak berbau khas
FI EDISI IV Halaman 595
Kelarutan
Mudah larut dalam air;membentuk larutan opalesen
FI EDISI IV Halaman 595
Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
FI EDISI IV Halaman 595

Nama Resmi
Adeps Lanae
SUMBER
Nama Lain
Lemak bulu domba
FI EDISI IV Halaman 57
Pemerian
Massa seperti lemak,lengket,warna kuning,bau khas
FI EDISI IV Halaman 58
Kelarutan
Tidak larut dalam air ;dapat bercampur dengan air lebih kurang 2 kali beratnya;agak sukar larut dalam ethanol dingin;lebih larut dalam ethanol panas;mudah larut dalam eter,dan dalam kloroform
FI EDISI IV Halaman 58
Jarak lebur
Antara 38 dan 44
FI EDISI IV Halaman 58
Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik sebaiknya pada suhu kamar terkendali
FI EDISI IV Halaman 59

Nama Resmi
Cetyl alkohol
SUMBER
Nama Lain
Alcohol cetylicum
FI EDISI IV Halaman 73
Struktur
FI EDISI IVHalaman 73
Rumus Molekul
FI EDISI IV Halaman 73
Berat Molekul
242,44
FI EDISI IV Halaman 73
Pemerian
Serpihan putih licin ,granul,atau kubus ,putih;bau khas lemah ;rasa lemah
FI EDISI IV Halaman 73
Kelarutan
Tidak larut dalam air;larut dalam etanol dan dalam eter ,kelarutan bertambah dengan naiknya suhu
FI EDISI IV Halaman 73
Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
FI EDISI IV Halaman 73

Nama Zat aktif
Methylis Paraben (Nipagin)
Sumber
Struktur
         HO                        

FI IV Halaman 55
Rumus molekul
C8H8O3
FI IV Halaman 55
Berat molekul
152,15
FI IV Halaman 55
Pemerian
Hablur kecil,tidak berwarna atau serbuk hablur,putih,tidak berbau atau berbau khas lemah ,mempunyai sedikit rasa terbakar.
FI IV Halaman 55
Titik Beku
Titik beku campuran kering asam lemak antara
FI IV Halaman 55
Kelarutan
Sukar Larut dalam air,dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida ,mudah larut dalam etanol dan eter
FI IV Halaman 55
Konsentrasi
0,02% – 0,3%
Handbook of pharmaceutical
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
FI IV halaman 55

Nama Zat aktif
AQUA DESTILLATA
Sumber
Struktur
-
-
Rumus molekul
H2O
FI Edisi III Hal.96
Berat molekul
18,02
FI Edisi III Hal.96
Pemerian
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
FI Edisi III Hal.96
Titik Beku
-
-
Kelarutan
-
-
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
FI Edisi III Hal.96

IV.           METODA
A.    Formula


R/ Selenium Sulfide              1%
     Cera Alba                         15%
     Adeps Lanae                     5%
    Cetyl Alkohol                      5%
    Natrium Lauril Sulfat       10%
    Methyl Paraben                0,2%
    Parfum                               qs
    Aquadest                           ad 300
 
 












B.     Perhitungan Dan Penimbangan
Perhitungan
1.      Selenium sulfide            1%    X  300  = 3 gram
2.      Cera Alba                      15%   X  300  = 45 gram
3.      Adeps Lanae                   5%   X   300  = 15 gram
4.      Cetyl Alkohol                 5%   X   300  = 15 gram
5.      Natrium Lauril Sulfat    10%  X   300  = 30 gram
6.      Methyl Paraben             0,2%  X   300  = 0,6 gram
7.      Parfum  qs
8.      Aquadest Ad 300 – ( 3+45+15+15+30+0,6 ) = 191,4 gram
Penimbangan
No
Nama Obat
Penimbangan
1.
Selenium sulfide
3 gram
2.
Cera alba
45 gram
3.
Adeps lanae
15 gram
4.
Cetyl alcohol
15 gram
5.
Natrium lauryl sulfat
30 gram
6.
Methyl paraben
0,6 gram
7.
parfum
qs
8.
aquadest
Ad 300

C.    Alat Dan Bahan
No.
Alat
Bahan
1.
Timbangan
Selenium sulfide
2.
Anak Timbangan
Cera alba
3.
Sendok tanduk
Adeps lanae
4.
Beaker Glass
Cetyl alcohol
5.
pH meter universal
Natrium lauryl sulfat
6.
Kertas Perkamen
Methyl paraben
7.
Batang pengaduk
parfum
8.
5 buah Botol shampo 60 ml
aquadest
9.
Lumpang dan alu

10.
Pipet plastik

11.
Gelas Ukur 100ml

12.
Pipet filler

13.
Piknometer

14.
Viscometer


D.    Prosedur Pembuatan
1.      Kalibrasi botol
2.      Satarakan timbangan
3.      Timbang semua bahan obat
4.      Masukkan adeps lanae + cera alba+cetyl alcohol kedalam beaker glass lalu lebur diatas waterbath sampai mencair
5.      Setelah cair ,tambahkan air panas lalu aduk (M1)
6.      Masukkan natrium lauryl sulfat kedalam beaker glass lalu tambahkan sedikit air panas lalu aduk hingga merata dan  larut
7.      Setelah larut tambahkan (M1)  lalu  aduk ad  homogeny
8.      Tambahkan selenium sulfide lalu aduk ad  homogeny
9.      Tambahkan methyl paraben lalu aduk ad  homogeny
10.  Tambahkan aquadest ad  300
11.  Tambahkan parfrum secukupnya
12.  Dinginkan dalam lumpang yg berisi air


E.     EVALUASI
NO
Evaluasi dan prosedur evaluasi
1.
Organoleptis
Diamati apakah shampoo yang dibuat sudah sesuai dengan standar elixir yaitu berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap
2.
Densitas ( bobot jenis )
Dilakukan denganmenggunakan piknometer
3.
Viskositas
1.      Diisi tabung Ostwald dengan air
2.      Air harus setengah, dengan batuan pipet filler dan air harus menyentuh garis pertama / garis paling atas
3.      Setelah itu lepaskan pipet filler ad air turun ke garis kedua
4.      Catat waktu air ad turun dengan stopwatch
5.      Isi tabung dengan sampel
6.      Sampel harus setengah, dengan batuan pipet filler dan sampel  harus menyentuh garis pertama / garis paling atas
7.      Setelah itu lepaskan pipet filler ad sampel turun ke garis kedua
8.      Catat waktu sampel ad turun dengan stopwatch
4.
Evaluasi PH Universal
Evaluasi pH menggunakan alat pH universal ,dengan cara oleskan shampo pada strip pH meter kemudian dibersihkan lalu dicocokan warnanya dengan  tingkat warna pH meter universal.
6.
Evaluasi volume sedimentasi
Perbandingan dari volume endapan yg terjadi terhadap volume awal dari shampo sebelum mengendap shampoo  setelah  didiamkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar