LAPORAN PRAKTIKUM SEMI SOLID DAN LIQUID
"SHAMPO SELSUN"
DI SUSUN OLEH
1.CITRA YULIANA MARGIASIH
2.FENNY RAHMAWATI
3. SUSI SUSANTI
Kata
Pengantar
Puji syukur kami
panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat ,karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknik
Sediaan Semi Solid Dan Liquid ini,yaitu “shampoo selfid” Dan kami juga berterima
kasih kepada Ibu Dra Yetri Elisya Farm.,Apt dan Ibu Indri Astuti H,S.Si,Apt
selaku Dosen mata kuliah Laporan Praktikum
Teknik Sediaan Semi Solid Dan Liquid
yang telah membimbing kami.
Kami sangat berharap Laporan ini dapat berguna dan
dimengerti. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, Kami berharap adanya kritik,saran,
dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya dan juga bermanfaat,sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan terima kasih.
Jakarta,
DAFTAR
ISI
I.
Tujuan
Percobaan
Mengenal
dan memahami cara pembuatan dan komposisi bahan dalam sediaan shampoo dan memahami cara evaluasinya.
II.
Latar
Belakang
A.
Teori
Dasar
Emulsi adalah suatu sediaan yang
mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya minyak dan air yang
stabilitasnya dapat dipertahankan dengan emulgator atau zat pengelmusi. Emulsi
yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi
minyak-dalam-air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “M/A”. Sebaliknya
emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi
air-dalam-minyak dan diberi tanda sebagai emulsi “A/M”.
Emulsi dapat didefinisikan sebagai
suatu sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan emulgator atau surfaktan yang cocok.
(Depkes RI, 1979)
Emulsi adalah suatu dispersi dimana
fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi
keseluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, 1989).
Shampo harus memiliki sifat sebagai
berikut :
1. Shampo harus dapat membentuk busa
yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan
membilas dengan air.
2. Shampo harus mempunyai sifat
detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak kulit kepala
menjadi kering.
3. Shampo harus dapat menghilangkan
segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak natural yang ikut
tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi shampo. Kotoran
rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel
kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan
kosmetik.
4. Tidak mengiritasi kulit kepala dan
juga mata.
5. Shampo harus tetap stabil.
Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam
penyimpanan. Viskosita dan pHnya juga harus tetap konstan, shampo harus
tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasadrenik dan dapat mempertahankan bau
parfum yang ditambahkan kedalamnya.
Jenis-jenis
shampo
1.
Shampo
bubuk
Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat
pengencer biasanya digunakan natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium
seskuikarbonat, dinatrium fosfat, atau boraks.
2.
Shampo
emulsi
Shampo ini
mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental. Tergantung dari
jenis zat tambahan yang digunakan, shampo ini diedarkan dengan berbagai nama
seperti shampo lanolin, shampo telur, shampo protein, shampo brendi, shampo
lemon, shampo susu atau bahkan shampo strawberry.
3.
Shampo
krim atau pasta
Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis
alkohol rantai sedang yang dapat memberikan konsistensi kuat. Untuk
membuat shampo pasta dapat digunakan malam seperti setilalkohol sebagai
pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida minyak
kelapa atau isopropanolamida laurat.
4.
Shampo
larutan
Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus
diperhatikan dalam formulasi shampo ini meliputi viskosita, warna keharuman,
pembentukan dan stabilitas busa, dan pengawetan.Zat pengawet yang lazim
digunakan meliputi 0,2 % larutan formaldehid 40 %, garam fenilraksa; kedua zat
ini sangat racun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan
pemerintah. Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 – 1,0 %, tetapi
umumnya berkadar 0,5 %.
Zat Tambahan Shampo
Untuk
memperbaiki sifat detergen yang menunjukkan pengaruh jelek terhadap rambut,
perlu ditambahkan zat tambahan shampo dalam formulasi shampo.
1. Alkolobromida asam lemak
Digunakan untuk meningkatkan
stabilitas busa dan memperbaiki viskosita. Zat ini merupakan hasil
kondensasi asam lemak dengan monoetanolamina ( MEA ), dietanolamina ( DEA ),
atau isopropanolamina yang sesuai.
2. Lemak bulu domba, lanolin atau salah
satu derivatnya, kolesterol, oleilalkohol, dan asetogliserida
Digunakan untuk maksud memperbaiki
efek condisioner detergen dasar shampo yang digunakan, sehingga rambut yang
dikeramasshampokan akan mudah diatur dan memberikan penampilan rambut yang
serasi.
3. Asam amino
Terutama asam amino essensial,
digunakan sebagai zat tambahan shampo dengan harapan, setelah rambut
dikeramas-shampokan, zat ini akan tetap tertinggal pada kulit kepala dan
rambut, dan berfungsi sebagai pelembab, karena asam amino memiliki sifat
higroskopik yang akan memperbaiki kelembaban rambut.
4. Zat tambahan shampo lain
Terdiri
dari berbagai jenis zat, umunya diharapkan untuk menimbulkan efek terhadap
pembentukan dan stabilisasi busa ; meliputi zat golongan glikol,
provinilpirolidon, karboksimetilselulosa, dan silikon cair, terutama yang
kadarnya lebih kurang 4%.
Dalam pemilihan
emulgator harus memenuhi beberapa syarat yaitu :
a.) Emulgator harus
dapat campur dengan komponen-komponen lain dalan sediaan.
b.) Emulgator tidak
boleh mempengaruhi stabilitas dan efek terapeutik dari obat.
c.) Emulgator harus
stabil, tidak boleh terurai dan tidak toksik.
d.) Mempunyai bau,
warna, dan rasa yang lemah.
Teori Pembentukan Emulsi
1.) Teori tegangan
permukaan
Suatu molekul memiliki tegangan yang
berbeda. Tegangan yang terjadi pada permukaan disebut tegangan permukaan. Dan
tegangan yang terjadi antara dua zat yang tidak bercampur disebut tegangan
bidang atas. Semakin tinggi tegangan yang dimiliki, semakin sulit untuk
bercampur. Tegangan yang terjadi pada air dapat bertambah bila diberi
garam-garam an-organik dan larutan-larutan elektrolit. Namun, tegangan ini
dapat dikurangi bila ditambahkan senyawa-senyawa an-organik tertentu, seperti
sabun (sapo, prosesnya disebut saponifikasi).
Penambahan emulgator, dapat menghilangkan tegangan yang terjai pada masing-masing molekul, sehingga dua zat yang tidak dapat bercampur menjadi tercampur.
Penambahan emulgator, dapat menghilangkan tegangan yang terjai pada masing-masing molekul, sehingga dua zat yang tidak dapat bercampur menjadi tercampur.
2.)
Teori Oriented
Wedge
Dalam suatu
sistem yang mengandung dua cairan yang tidak saling bercampur, zat pengemulsi
akan memilih larut dalam salah satu fase dan terikat kuat dalam fase tersebut
dibandingkan dengan fase lainnya. Karena umumnya, emulgator memiliki suatu
bagian hidrofilik (suka air) dan hidrofobik (tidak suka air, tapi biasanya
lipofilik atau suka minyak) molekul-molekul tersebut akan mengarahkan dirinya
ke masing-masing fase. Dengan demikian emulgator seolah menjadi tali pengikat
antar molekul, sehingga terjadi suatu kesetimbangan.
3.)
Teori
Interparsial Film
Emulgator akan
diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang
akan membungkus partikel dispersi. Dengan terbungkusnya partikel tersebut, maka
usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung terhalang.Syarat
emulgatornya : Dapat membentuk lapisan film kuat tapi lunak, jumlahnya cukup
untuk menutup permukaan fase dispers, dapat membentuk lapisan film dengan
cepat, menutup permukaan partikel dengan segera.
4.)
Teori Electric
double Layer (Lapisan Listrik Rangkap)
Jika minyak
terdispersi dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan minyak
akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya mempunyai muatan yang
berlawanan dengan lapisan di depannya. “seolah-olah tiap partikel minyak
dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan”. Benteng
tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan mengadakan
penggabungan menjadi satu molekul besar. Karena susunan listrik yang
menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan yang sama . Dengan
demikian antara sesama partikel akan tolak menolak.Biasanya dalam suatu sistem
emulsi tertentu lebih dari satu teori emulsifiaksi diterapkan dan berperan
dalam menjelaskan pembentukan dan stabilitas emulsi tersebut. Misalnya,
tegangan antar muka berperan dalam pembentukan awal emulsi, tetapi pembentukan
suatu baji pelindung dari molekul-molekul atau film dari zat pengemulsi penting
untuk stabilitas emulsi selanjutnya.
Faktor yang dapat mempengaruhi
stabilitas emulsi yaitu :
1.) Pengaruh
viskositas
Ukuran partikel
yang didistribusi partikel menunjukkan peranannya dalam menentukan viskositas
emulsi. Umumnya emulsi dengan partikel yang makin halus menunjukkan viskositas
yang makin besar dibandingkan dengan emulsi dengan partikel yang lebih kasar.
Jadi, emulsi dengan distribusi partikel yang besar memperlihatkan viskositas
yang kurang / kecil.Untuk mendapatkan suatu emulsi yang stabil atau untuk
menaikkan stabilitas suatu emulsi dapat dengan cara menambahkan zat-zat yang
dapat menaikkan viskositasnya dari fase luar. Bila viskositas fase luar
dipertinggi maka akan menghalangi pemisahan emulsi.
2.) Pemakaian alat
khusus dalam mencampur emulsi
Dalam
pencampuran emulsi dapat dilakukan dengan mortir secara manual dan dengan
menggunakan alat pengaduk yang menggunakan tenaga listrik seperti mikser.Untuk
membuat emulsi yang lebih stabil, umumnya proses pengadukannya dilakukan dengan
menggunakan alat listrik. Disamping itu penggunaan alat dapat mempercepat
distribusi fase internal kedalam fase kontinu dan peluang terbentuknya emulsi
yang stabil lebih besar.
3.) Perbandingan
optimum fase internal dengan fase kontinuitas
Suatu produk
emulsi mempunyai nilai perbandingan fase dalam dan fase luar yang berbeda-beda.
Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan jenis bahan yang digunakan ataupun
karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada setiap bahan emulsi yang
digunakan.
Umumnya emulsi
yang stabil memiliki nilai range fase dalam antara 40% sampai 60% dari jumlah
seluruh bahan emulsi yang digunaka
Pembuatan
emulsi:
a. Metode gom basah (metode Inggris)
Dibuat mucilago yang kental dengan
sedikit air lalu ditambahkan minyak sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat.
b. Metode gom kering
Korpus emulsi dibuat dengan 4 bagian
minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom, sselanjutnya sisa air dan bahan lain
ditambahkan. Metode ini juga disebut metode 4:2:1.
c. Metode HLB
Untuk memperoleh efisiensi emulgator
perlu diperhatikan sifat-sifat dari emulgator untuk tipe sistem yang dipilih
(Anief, 2007).
Klasifikasi Tipe Emulsi
Pada umumnya
dikenal dua tipe emulsi yaitu :
a.) Tipe A/M
(Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)
Emulsi ini
mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak merupakan fase
luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang kurang dari 25% dan
mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau
bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci dengan air.
b.) Tipe M/A
(Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)
Merupakan suatu
jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang terdistribusi dalam
bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinu yang berupa air. Emulsi tipe
ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31% sehingga emulsi M/A dapat
diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat mudah dicuci.
B.
Prinsip
Pembuatan Shampo emulsi dengan
menggunakan Elmugator dan bahan tambahan lainnya.
C.
Zat Aktif
-
Penggunaan
Selenium
sulfide digunakan untuk mengatasi gangguan ketombe dan seborrheic dermatitis.
-
Farmakologi
Selenium
sulfide berkerja dengan memperlambat kematian sel kulit dengan cara menghambat
pembelahan mitosis secara langsung (Anonim 4,2009) dan dapat mengurangi jamur
malassezia dengan menghambat aktifitas pembelahan sel jamur (Nathan, 1998).
-
Dosis
Selenium
sulfide biasanya digunakan dalam konsentrasi 1 -2,5% diberikan satu hingga dua
kali seminggu selama lima hingga sepuluh menit (prawito, 2009)
III.
Preformualsi Dan Permasalahan
Farmasetik
A.
Preformulasi Zat Aktif
Selenium
sulfide
Konsentrasi
: 1 – 2,5% untuk shampoo
Khasiat
: untuk mengatasi ketombe
B.
Permasalahan Farmasetik
1. Pembuatan Shampo selsun membutuhkan
waktu lama untuk meleburkan dalam jumlah banyak
C.
Preformulasi Zat Tambahan
Nama Resmi
|
Cera Alba
|
SUMBER
|
Nama Lain
|
Malam putih
|
FI
EDISI IV Halaman 189
|
Pemerian
|
Padatan
putihkekuningan,sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis;bau khas
lemahdan bebas bau tengik,bobot jenis lebih kurang 0,95
|
FI
EDISI IV Halaman 189
|
Kelarutan
|
Tidak larut
dalam air;agak sukar larut dalam ethanol dingin.etanol mendidih melarutkan
asam serotat dan bagian dari mirisin yang merupakan kandungan malam
putih.larut sempurna dalam kloroform,dalam eter,dalam minyak lemak dan minyak
atsiri.sebagian larut dalam benzene dingin dan dalam karbon disulfide
dingin.pada suhu lebih kurang 30 larut sempurna dalam benzene,dan dalam
karbon disulfida
|
FI
EDISI IV Halaman 189
|
Jarak lebur
|
Antara 62 dan
65
|
FI
EDISI IV Halaman 189
|
Wadah dan
penyimpanan
|
Dalam wadah
tertutup baik
|
FI
EDISI IV Halaman 189
|
Nama Resmi
|
Natrii lauryl sulfas
|
SUMBER
|
Nama Lain
|
Natrium laurel
sulfat
|
FI
EDISI IV Halaman 595
|
Rumus Molekul
|
FI
EDISI IV Halaman 595
|
|
Pemerian
|
Hablur
,kecil,berwarna putihatau kuning muda;agak berbau khas
|
FI
EDISI IV Halaman 595
|
Kelarutan
|
Mudah larut
dalam air;membentuk larutan opalesen
|
FI
EDISI IV Halaman 595
|
Wadah dan penyimpanan
|
Dalam wadah
tertutup baik
|
FI
EDISI IV Halaman 595
|
Nama Resmi
|
Adeps Lanae
|
SUMBER
|
Nama Lain
|
Lemak bulu
domba
|
FI
EDISI IV Halaman 57
|
Pemerian
|
Massa seperti
lemak,lengket,warna kuning,bau khas
|
FI
EDISI IV Halaman 58
|
Kelarutan
|
Tidak larut dalam
air ;dapat bercampur dengan air lebih kurang 2 kali beratnya;agak sukar larut
dalam ethanol dingin;lebih larut dalam ethanol panas;mudah larut dalam
eter,dan dalam kloroform
|
FI
EDISI IV Halaman 58
|
Jarak lebur
|
Antara 38 dan
44
|
FI
EDISI IV Halaman 58
|
Wadah dan
penyimpanan
|
Dalam wadah
tertutup baik sebaiknya pada suhu kamar terkendali
|
FI
EDISI IV Halaman 59
|
Nama Resmi
|
Cetyl alkohol
|
SUMBER
|
Nama Lain
|
Alcohol
cetylicum
|
FI
EDISI IV Halaman 73
|
Struktur
|
FI
EDISI IVHalaman 73
|
|
Rumus Molekul
|
FI
EDISI IV Halaman 73
|
|
Berat Molekul
|
242,44
|
FI
EDISI IV Halaman 73
|
Pemerian
|
Serpihan putih
licin ,granul,atau kubus ,putih;bau khas lemah ;rasa lemah
|
FI
EDISI IV Halaman 73
|
Kelarutan
|
Tidak larut
dalam air;larut dalam etanol dan dalam eter ,kelarutan bertambah dengan
naiknya suhu
|
FI
EDISI IV Halaman 73
|
Wadah dan
penyimpanan
|
Dalam wadah
tertutup baik
|
FI
EDISI IV Halaman 73
|
Nama Zat aktif
|
Methylis Paraben (Nipagin)
|
Sumber
|
Struktur
|
FI IV Halaman
55
|
|
Rumus molekul
|
C8H8O3
|
FI IV Halaman
55
|
Berat molekul
|
152,15
|
FI IV Halaman
55
|
Pemerian
|
Hablur
kecil,tidak berwarna atau serbuk hablur,putih,tidak berbau atau berbau khas
lemah ,mempunyai sedikit rasa terbakar.
|
FI IV Halaman
55
|
Titik Beku
|
Titik beku
campuran kering asam lemak antara
|
FI IV Halaman
55
|
Kelarutan
|
Sukar Larut
dalam air,dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida ,mudah larut dalam
etanol dan eter
|
FI IV Halaman
55
|
Konsentrasi
|
0,02% – 0,3%
|
Handbook of
pharmaceutical
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah
tertutup baik
|
FI IV halaman
55
|
Nama Zat aktif
|
AQUA
DESTILLATA
|
Sumber
|
Struktur
|
-
|
-
|
Rumus molekul
|
H2O
|
FI Edisi III Hal.96
|
Berat molekul
|
18,02
|
FI Edisi III Hal.96
|
Pemerian
|
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
|
FI Edisi III Hal.96
|
Titik Beku
|
-
|
-
|
Kelarutan
|
-
|
-
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup baik
|
FI Edisi III Hal.96
|
IV.
METODA
A.
Formula
|
B.
Perhitungan
Dan Penimbangan
Perhitungan
1. Selenium
sulfide 1% X 300 = 3
gram
2. Cera
Alba 15% X 300 = 45 gram
3. Adeps
Lanae 5% X 300 = 15 gram
4. Cetyl
Alkohol 5% X 300 = 15 gram
5. Natrium
Lauril Sulfat 10% X 300 = 30 gram
6. Methyl
Paraben 0,2% X 300 =
0,6 gram
7. Parfum
qs
8. Aquadest
Ad 300 – ( 3+45+15+15+30+0,6 ) = 191,4 gram
Penimbangan
No
|
Nama Obat
|
Penimbangan
|
1.
|
Selenium
sulfide
|
3 gram
|
2.
|
Cera alba
|
45 gram
|
3.
|
Adeps lanae
|
15 gram
|
4.
|
Cetyl alcohol
|
15 gram
|
5.
|
Natrium lauryl
sulfat
|
30 gram
|
6.
|
Methyl paraben
|
0,6 gram
|
7.
|
parfum
|
qs
|
8.
|
aquadest
|
Ad 300
|
C.
Alat
Dan Bahan
No.
|
Alat
|
Bahan
|
1.
|
Timbangan
|
Selenium
sulfide
|
2.
|
Anak Timbangan
|
Cera alba
|
3.
|
Sendok tanduk
|
Adeps lanae
|
4.
|
Beaker Glass
|
Cetyl alcohol
|
5.
|
pH meter universal
|
Natrium lauryl
sulfat
|
6.
|
Kertas Perkamen
|
Methyl paraben
|
7.
|
Batang pengaduk
|
parfum
|
8.
|
5 buah Botol shampo 60 ml
|
aquadest
|
9.
|
Lumpang dan alu
|
|
10.
|
Pipet plastik
|
|
11.
|
Gelas Ukur 100ml
|
|
12.
|
Pipet filler
|
|
13.
|
Piknometer
|
|
14.
|
Viscometer
|
D.
Prosedur
Pembuatan
1. Kalibrasi
botol
2. Satarakan
timbangan
3. Timbang
semua bahan obat
4. Masukkan
adeps lanae + cera alba+cetyl alcohol kedalam beaker glass lalu lebur diatas
waterbath sampai mencair
5. Setelah
cair ,tambahkan air panas lalu aduk (M1)
6. Masukkan
natrium lauryl sulfat kedalam beaker glass lalu tambahkan sedikit air panas
lalu aduk hingga merata dan larut
7. Setelah
larut tambahkan (M1) lalu aduk ad
homogeny
8. Tambahkan
selenium sulfide lalu aduk ad homogeny
9. Tambahkan
methyl paraben lalu aduk ad homogeny
10. Tambahkan
aquadest ad 300
11. Tambahkan
parfrum secukupnya
12. Dinginkan
dalam lumpang yg berisi air
E.
EVALUASI
NO
|
Evaluasi dan prosedur evaluasi
|
1.
|
Organoleptis
Diamati apakah
shampoo yang dibuat sudah sesuai dengan standar elixir yaitu berupa larutan
yang mempunyai rasa dan bau yang sedap
|
2.
|
Densitas (
bobot jenis )
Dilakukan
denganmenggunakan piknometer
|
3.
|
Viskositas
1.
Diisi tabung Ostwald dengan air
2.
Air harus setengah, dengan batuan pipet filler dan
air harus menyentuh garis pertama / garis paling atas
3.
Setelah itu lepaskan pipet filler ad air turun ke
garis kedua
4.
Catat waktu air ad turun dengan stopwatch
5.
Isi tabung dengan sampel
6.
Sampel harus setengah, dengan batuan pipet filler
dan sampel harus menyentuh garis
pertama / garis paling atas
7.
Setelah itu lepaskan pipet filler ad sampel turun
ke garis kedua
8.
Catat waktu sampel ad turun dengan stopwatch
|
4.
|
Evaluasi PH
Universal
Evaluasi pH
menggunakan alat pH universal ,dengan cara oleskan shampo pada strip pH meter
kemudian dibersihkan lalu dicocokan warnanya dengan tingkat warna pH meter universal.
|
6.
|
Evaluasi
volume sedimentasi
Perbandingan
dari volume endapan yg terjadi terhadap volume awal dari shampo sebelum
mengendap shampoo setelah didiamkan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar