Jumat, 13 Oktober 2017

Laporan Praktikum farmakologi anestetik



Laporan praktikum farmakologi
Bab : anastetik  
Disusun oleh :
1.  Anisah nur sofiah             03422114012
2.  Balqis mandalike K          03422114021
3.  Citra yuliana M                03422114027
4.  Dimas fauzi                      03422114051
5.  Fajar cipto K                           0342211405
6.  Fikri maghdori D                    0342214056
7.  Ledy devabinsa                03422114078
8.  Nurul dwi rahmawati              03422114103
9.  Reni Anggraeni                03422114122

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..1

BAB I: PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang………………………………………………………………......2
1.2    Rumusan Masalah……………………………………………………………….2
1.3    Tujuan Praktikum……………………………………………………………......2
1.4    Manfaat Praktikum……………………………………………………………….3
1.5 Tinjauan pustaka ………………………………………………………………….4
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
            2.1 Anestesi…………………………………………………………………………
            2.2 Tahap Anestesi………………………………………………………………...

BAB III: METODE PERCOBAAN
            3.1 Prosedur Kerja………………………………………………………………
            3.2 Alat dan Bahan……………………………………………………………...
            3.3 Perhitungan………………………………………………………………….
            3.4 Pembuatan…………………………………………………………………..
            3.5 Definisi Operasional………………………………………………………...
            3.6 Cara Analisis…………………………………………………………………

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
            4.1 Tabel Praktikum……………………………………………………………..
            4.2 Grafik Praktikum…………………………………………………………….
            4.3 Pembahasan………………………………………………………………...

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
            5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..
            5.2 Saran…………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
           






BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Istilah anestesia dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes berasal dari bahasa Yunani anaisthēsia yang berarti tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: (1) anesthesia lokal, yakni hilangnya rasa sakit tanpa disertai kehilangan kesadaran; (2) anesthesia umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesik, dan  relaksasi otot. Sejak jaman dahulu, anestesia dilakukan untuk mempermudah tindakan operasi atau bedah.Obat anestesi umum adalah obat atau agen yang dapat menyebabkan terjadinya efek anestesia umum yang ditandai dengan penurunan kesadaran secara bertahap karena adanya depresi susunan saraf pusat. Menurut rute pemberiannya, anestesi umum dibedakan  menjadi anestesi inhalasi dan intravena. Keduanya berbeda dalam hal farmakodinamik.
Pada praktikum ini kami melihat pengaruh pemberian obat kloralhidrat dan kloralhidrat+diazepam terhadapa perubahan kondisi fisiologis pada hewan percobaan (mencit) untuk membandingkan kekuatan anastesi dari obat dan membuktikan perbedaan efek dari obat yang digunakan.

1.2   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana obat kloralhidrat dan diazepam dapat menimbulkan efek anastesi pada hewan percobaan (mencit).

1.3   Tujuan Praktikum
Tujuan Umum :
·         Mempraktekkan & mengamati pengaruh efek  hipnotik kloralhidrat-phenobarbital


Tujuan Khusus
·         membandingkan onset dan durasi tidur kloralhidrat-phenobarbital secara ip


1.4   Manfaat Praktikum
Diharapkan pada praktikum ini para mahasiswa dapat mengamati perbedaan dari efek hipnotik fenobarbital-kloralhidrat dan serta membandingkan onset waktu (durasi) tidur dari tiap percobaan.


















1.5   Teori dasar
Obat yang digunakan dalam menimbulkan anastesia disebut sebagai anastetik, dan kelompok obat ini dibedakan dalam anastetik umum dan anastetik local. Bergantung pada dalamnya pembiusan, anastetik umumnya dapat memberikan efek analgesia yaitu hilangnya sensasi nyeri , atau efek anastesia yaitu analgesia yang disertai hilangnya kesadaran , sedangkan anastetik umum bekerja di susunan saraf pusat sedangkan anastesi local bekerja langsung pada serabut saraf perifer.
Dasar saraf pusat sangat peka terhadap obat-obatan , akibatnya sebagian besar obat-obatannya jika diberikan dalam dosis yang cukup besar menimbulkan efek yang mencolok terhadap neurotransmisi diberbagai system saraf pusat. Kerja neurotransmitter di pascanipansakan diikuti dengan pembentukkan second messenger , dalam hal ini Camp selanjutnya mengubah transmisi di neuron. Disamping asetilkolin sebagai neurotransmitter klasik, dikenal juga katekolamin, serotonin,GABA, adenosine serta berbagai asam amino dan peptide endogen yang bertindak sebagai neurotransmitter di SSP, misalnya asam glutamate dengan mekanisme hambatan pada reseptor NMDA (N-metal-D-asparat).
Anastetik umum dikelompokkan berdasarkan bentuk fisiknya, tetapi pembagian ini tidak sejalan dengan penggunaan di klinik yang pada dasarnyadibedakan atas 2 cara, yaitu secara inhalasi atau intravena. Eter, halotan, enfluran, isofluran, metoksifluran, etilklorida, trikloretil dan fluroksen merupakan cairan yang mudah menguap yang di eliminasi melalui saluran pernafasan. Meskipun zat-zat ini kontak dengan pasiennya hanya beberapa jam saja, namun dapat menimbulkan aritmia pada jantung selama proses anastetika berlangsung.
Terlepas dari cara penggunaannya suatu anastetik yang ideal sebenernya harus memperlihatkan 3 efek utama yang dikenal sebagai “Trias anastesia”. Yaitu efek hipnotik (menidurkan), efek analgesia, dan efek relaksasi otot .  




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anestesi
Anestesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri. Anestesi umum
ialah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap semua
sensasi akibat induksi obat. Dalam hal ini,selain hilangnya rasa nyeri, kesadaran
juga hilang. Obat anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia yang
heterogen, yang mendepresi SSP secara reversibel dengan spektrum yang hampir
sama dan dapat dikontrol. Obat anastesi umum dapat diberikan secara inhalasi dan
secara intravena. Obat anastesi umum yang diberikan secara inhalasi (gas dan cairan yang mudah menguap) yang terpenting di antaranya adalah N2O, halotan,
enfluran, metoksifluran, dan isofluran. Obat anastesi umum yang digunakan secara
intravena, yaitu tiobarbiturat, narkotik-analgesik, senyawa alkaloid lain dan
molekul sejenis, dan beberapa obat khusus seperti ketamin. (Munaf, 2008).

Dalam tesis Nainggolan (2011), untuk menentukan prognosis ASA
(American Society of Anesthesiologists) membuat klasifikasi berdasarkan status
fisik pasien pra anestesi yang membagi pasien kedalam 5 kelompok atau kategori
sebagai berikut: ASA 1, yaitu pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan
operasi. ASA 2, yaitu pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya. Contohnya pasien batu ureter
dengan hipertensi sedang terkontrol, atau pasien apendisitis akut dengan lekositosis
dan febris. ASA 3, yaitu pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diaktibatkan karena berbagai penyebab. Contohnya pasien apendisitis perforasi
dengan septi semia, atau pasien ileus obstruksi dengan iskemia miokardium. ASA 4, yaitu pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung mengancam
kehidupannya. ASA 5, yaitu pasien tidak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun
dioperasi atau tidak.



 Contohnya pasien tua dengan perdarahan basis krani dan syok
hemoragik karena ruptura hepatik. Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan
darurat dengan mencantumkan tanda darurat (E = emergency), misalnya ASA 1 E atau III E.

Menurut Kee et al(1996), Anastesi seimbang, suatu kombinasi obat-obatan,
sering dipakai dalam anastesi umum. Anestesi seimbang terdiri dari:
1.Hipnotik diberikan semalam sebelumnya
2.Premedikasi, seperti analgesik narkotik atau benzodiazepin (misalnya,
midazolam dan antikolinergik (contoh,atropin) untuk mengurangi sekresi
diberikan kira-kira 1 jam sebelum pembedahan
3.Barbiturat dengan masa kerja singkat, seperti natrium tiopental (Pentothal)
4.Gas inhalan, seperti nitrous oksida dan oksigen
5.Pelemas otot jika diperlukan





















2.1.2 Tahap-tahap Anestesi
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu; Stadium I (stadium induksi atau
eksitasi volunter), dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan
hilangnya kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi. Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, muntah, midriasis, hipertensi, dan takikardia. Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu; Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi. Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrimal (Munaf, 2008).












BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Prosedur Kerja
Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum        adalah menyiapkan 6 ekor mencit yang sudah di puasakan (kurang lebih 12-14jam sebelum di gunakan untuk praktik) dan kemudian di timbang untuk mengetahui berat badan mencit , setelah itu di tentukan dosis anastesi yang akan diberikan pada setiap mencit kemudian dilakukan penyuntikan menggunakan sonde (jarum suntik yang ujungnya tumpul) untuk dimasukan kedalam mulut mencit kemudian perlahan-lahan di masukan melalui tepi langit-langit kebelakang sampai ke esofagus. Kemudian di lakukan pengamatan pada masing masing mencit dan melakukan pencatatan ketika mencit tidur sampai mencit tersebut terbangun.

3.2 Alat dan Bahan
Alat :                                                                                Bahan :
- Kloralhidrat serbuk                                                        - Timbangan Hewan
- phenobarbital tab 30mg                                      - Disposible
- Tragakan                                                             - Alat gelas qs
- Mencit putih jantan                                                         - Timer
- Aqua dest                                                                       - Wadah Tempat  
                                                                                             Pengamatan








            Pembuatan sediaan


¢  Siapkan alat dan bahan
¢  Setarakan Timbangan
¢  Kalibrasi Beaker glass  dan vial
¢  Timbang 100 mg tragakan lalu gerus dalam lumpang, masukkan ke dalam beakerglass tamahkan aquadest sedikit demi sedikit ad 20 ml ,kemudaian beaker glass diberi etiket “tragakan ½ %”
¢  Gerus 1 tablet fenobarbital (@ 30 mg)  tambahkan tragakan  ½ %  sedikit demi sedikit ad 4 ml pada vial  berikan etiket “  Fenobarbital 30mg/4ml”
¢  Timbang 100 mg kloralhidrat dalam vial , tambahkan tragakan ½ % sedikit demi sedikit ad 4 ml pada vial berikan etiket “kloralhidrat 25mg/ml”




















Kami mengumpulkan data dari 4 kelompok dan begini hasilnya :

Kelompok 1 :

¢  Fenobarbital = 0,0026 X 1100 mg = 2,86 mg/20 g BB mencit
¢  Kloral hidras = 0,0026 X 2500 mg = 6500 / 20 g BB mencit
¢  Mencit berat 20 gram = 20 g / 20 g X 0,2 = 0,20 ml
¢  Mencit berat 21 gram = 21 g / 20 g X 0,2 = 0,21ml
¢ 

 
Mencit berat 24 gram = 24 g / 20 g X 0,2 = 0,2 4ml
¢  Mencit berat 19 gram = 19 g / 20 g X 0,2 = 0,19 ml
¢  Mencit berat 20 gram = 20 g / 20 g X 0,2 = 0,20 ml
¢  Mencit berat 19 gram = 19 g / 20 g X 0,2 = 0,19 ml






























Kelompok 2 :

¢  Fenobarbital = 0,0026 X 1100 mg = 2,86 mg/20 g BB mencit
¢  Kloral hidras = 0,0026 X 2500 mg = 6500 / 20 g BB mencit
¢  Mencit berat 21 gram = 21 g / 20 g X 0,2 = 0,21 ml
¢  Mencit berat 21 gram = 21 g / 20 g X 0,2 = 0,21 ml
¢  Mencit berat 23 gram = 23 g / 20 g X 0,2 = 0,23 ml
¢  Mencit berat 19 gram = 19 g / 20 g X 0,2 = 0,19 ml
¢  Mencit berat 21 gram = 21 g / 20 g X 0,2 = 0,21 ml
¢  Mencit berat 27 gram = 27 g / 20 g X 0,2 = 0,27 ml







 



 




























Kelompok 3 :

¢  Fenobarbital = 0,0026 X 1100 mg = 2,86 mg/20 g BB mencit
¢  Kloral hidras = 0,0026 X 2500 mg = 6500 / 20 g BB mencit
¢  Mencit berat 23 gram = 23 g / 20 g X 0,2 = 0,23 ml
¢  Mencit berat 25 gram = 25 g / 20 g X 0,2 = 0,25 ml
¢  Mencit berat 20 gram = 20 g / 20 g X 0,2 = 0,2 ml
¢ 

 
Mencit berat 22 gram = 22 g / 20 g X 0,2 = 0,22 ml
¢  Mencit berat 23 gram = 23 g / 20 g X 0,2 = 0,23 ml
¢  Mencit berat 21 gram = 21 g / 20 g X 0,2 = 0,21 ml






 























Kelompok 4 :

¢  Fenobarbital = 0,0026 X 1100 mg = 2,86 mg/20 g BB mencit
¢  Kloral hidras = 0,0026 X 2500 mg = 6500 / 20 g BB mencit
¢  Mencit berat 23 gram = 23 g / 20 g X 0,2 = 0,23 ml
¢  Mencit berat 24 gram = 24 g / 20 g X 0,2 = 0,24 ml
¢  Mencit berat 20 gram = 20 g / 20 g X 0,2 = 0,20 ml
¢  Mencit berat 20 gram = 20 g / 20 g X 0,2 = 0,20 ml
¢  Mencit berat 22 gram = 22 g / 20 g X 0,2 = 0,22 ml
¢  Mencit berat 22 gram = 22 g / 20 g X 0,2 = 0,22 ml

 

















































 
pembahasan :


pada bab anastetik yang sudah kita lakukan praktikumnya menggunakan kloralhidras dan phenobarbital ,  kita mendapatkan data dari 4 kelompok .
1.      pada kelompok pertama didapatkan dari ke 6 mencit yang diberikan phenobarbital dan kloralhidras , tidak ada yang tidur .
2.     Pada kelompok kedua dari 6 mencit yang diberikan phenobarbital dan kloralhidras , ada satu mencit yang tidur , dengan berat badan 19 g di oral phenobarbital dengan volume 0,19 ml di oral pada pukul 17:15 dan mulai tidur pada pukul 17:24 bangun pada pukul 19:29
3.     Pada kelompok tiga , 6 mencit yang diberikan phenobarbital dan kloralhidras  tidak ada yang tidur juga.
4.     Pada kelompok terakhir atau kelompok empat , dari 6 mencit yang di berikan phenobarbital dan kloral hidras , ada satu mencit yang tidur yaitu mencit yang diberikan oral kloral hidras , dengan berat badan 23 g diberikan kloral hidras sebanyak 0,23 ml , di oral pada pukul 16:58 dan tertidur pada pukul 17:17 , dan sampai pukul 20:00 belum bangun .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar