Laporan
praktikum farmakologi
Bab
: anastetik

Disusun oleh :
1. Anisah
nur sofiah 03422114012
2. Balqis
mandalike K 03422114021
3. Citra
yuliana M 03422114027
4. Dimas
fauzi 03422114051
5. Fajar
cipto K 0342211405
6. Fikri
maghdori D 0342214056
7. Ledy
devabinsa 03422114078
8. Nurul
dwi rahmawati 03422114103
9. Reni
Anggraeni 03422114122
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..1
BAB I:
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………………......2
1.2 Rumusan
Masalah……………………………………………………………….2
1.3 Tujuan
Praktikum……………………………………………………………......2
1.4 Manfaat
Praktikum……………………………………………………………….3
1.5 Tinjauan
pustaka ………………………………………………………………….4
BAB II: TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Anestesi…………………………………………………………………………
2.2 Tahap Anestesi………………………………………………………………...
BAB III: METODE
PERCOBAAN
3.1 Prosedur
Kerja………………………………………………………………
3.2 Alat dan
Bahan……………………………………………………………...
3.3
Perhitungan………………………………………………………………….
3.4
Pembuatan…………………………………………………………………..
3.5 Definisi
Operasional………………………………………………………...
3.6 Cara
Analisis…………………………………………………………………
BAB IV: HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Tabel
Praktikum……………………………………………………………..
4.2 Grafik
Praktikum…………………………………………………………….
4.3
Pembahasan………………………………………………………………...
BAB V: KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..
5.2
Saran…………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Istilah anestesia dikemukakan
pertama kali oleh O.W. Holmes berasal dari bahasa Yunani anaisthēsia yang
berarti tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: (1)
anesthesia lokal, yakni hilangnya rasa sakit tanpa disertai kehilangan
kesadaran; (2) anesthesia umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit
secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible).
Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesik, dan
relaksasi otot. Sejak jaman dahulu, anestesia dilakukan untuk mempermudah
tindakan operasi atau bedah.Obat anestesi
umum adalah obat atau agen yang dapat menyebabkan terjadinya efek anestesia
umum yang ditandai dengan penurunan kesadaran secara bertahap karena adanya
depresi susunan saraf pusat. Menurut rute pemberiannya, anestesi umum dibedakan
menjadi anestesi inhalasi dan intravena. Keduanya berbeda dalam hal
farmakodinamik.
Pada praktikum ini kami melihat
pengaruh pemberian obat kloralhidrat dan kloralhidrat+diazepam terhadapa
perubahan kondisi fisiologis pada hewan percobaan (mencit) untuk membandingkan
kekuatan anastesi dari obat dan membuktikan perbedaan efek dari obat yang
digunakan.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana obat
kloralhidrat dan diazepam dapat menimbulkan efek anastesi pada hewan percobaan
(mencit).
1.3
Tujuan
Praktikum
Tujuan
Umum :
·
Mempraktekkan &
mengamati pengaruh efek hipnotik
kloralhidrat-phenobarbital
Tujuan
Khusus
·
membandingkan onset dan
durasi tidur kloralhidrat-phenobarbital secara ip
1.4
Manfaat
Praktikum
Diharapkan pada
praktikum ini para mahasiswa dapat mengamati perbedaan dari efek hipnotik
fenobarbital-kloralhidrat dan serta membandingkan onset waktu (durasi) tidur
dari tiap percobaan.
1.5
Teori
dasar
Obat
yang digunakan dalam menimbulkan anastesia disebut sebagai anastetik, dan
kelompok obat ini dibedakan dalam anastetik umum dan anastetik local.
Bergantung pada dalamnya pembiusan, anastetik umumnya dapat memberikan efek
analgesia yaitu hilangnya sensasi nyeri , atau efek anastesia yaitu analgesia
yang disertai hilangnya kesadaran , sedangkan anastetik umum bekerja di susunan
saraf pusat sedangkan anastesi local bekerja langsung pada serabut saraf
perifer.
Dasar
saraf pusat sangat peka terhadap obat-obatan , akibatnya sebagian besar
obat-obatannya jika diberikan dalam dosis yang cukup besar menimbulkan efek
yang mencolok terhadap neurotransmisi diberbagai system saraf pusat. Kerja
neurotransmitter di pascanipansakan diikuti dengan pembentukkan second
messenger , dalam hal ini Camp selanjutnya mengubah transmisi di neuron.
Disamping asetilkolin sebagai neurotransmitter klasik, dikenal juga
katekolamin, serotonin,GABA, adenosine serta berbagai asam amino dan peptide
endogen yang bertindak sebagai neurotransmitter di SSP, misalnya asam glutamate
dengan mekanisme hambatan pada reseptor NMDA (N-metal-D-asparat).
Anastetik
umum dikelompokkan berdasarkan bentuk fisiknya, tetapi pembagian ini tidak
sejalan dengan penggunaan di klinik yang pada dasarnyadibedakan atas 2 cara,
yaitu secara inhalasi atau intravena. Eter, halotan, enfluran, isofluran,
metoksifluran, etilklorida, trikloretil dan fluroksen merupakan cairan yang
mudah menguap yang di eliminasi melalui saluran pernafasan. Meskipun zat-zat
ini kontak dengan pasiennya hanya beberapa jam saja, namun dapat menimbulkan aritmia
pada jantung selama proses anastetika berlangsung.
Terlepas
dari cara penggunaannya suatu anastetik yang ideal sebenernya harus
memperlihatkan 3 efek utama yang dikenal sebagai “Trias anastesia”. Yaitu efek
hipnotik (menidurkan), efek analgesia, dan efek relaksasi otot .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anestesi
Anestesi
berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri. Anestesi umum
ialah
suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap semua
sensasi
akibat induksi obat. Dalam hal ini,selain hilangnya rasa nyeri, kesadaran
juga
hilang. Obat anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia yang
heterogen,
yang mendepresi SSP secara reversibel dengan spektrum yang hampir
sama dan
dapat dikontrol. Obat anastesi umum dapat diberikan secara inhalasi dan
secara
intravena. Obat anastesi umum yang diberikan secara inhalasi (gas dan cairan
yang mudah menguap) yang terpenting di antaranya adalah N2O, halotan,
enfluran,
metoksifluran, dan isofluran. Obat anastesi umum yang digunakan secara
intravena,
yaitu tiobarbiturat, narkotik-analgesik, senyawa alkaloid lain dan
molekul
sejenis, dan beberapa obat khusus seperti ketamin. (Munaf, 2008).
Dalam
tesis Nainggolan (2011), untuk menentukan prognosis ASA
(American
Society of Anesthesiologists) membuat klasifikasi berdasarkan status
fisik
pasien pra anestesi yang membagi pasien kedalam 5 kelompok atau kategori
sebagai
berikut: ASA 1, yaitu pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan
operasi.
ASA 2, yaitu pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena
penyakit bedah maupun penyakit lainnya. Contohnya pasien batu ureter
dengan
hipertensi sedang terkontrol, atau pasien apendisitis akut dengan lekositosis
dan
febris. ASA 3, yaitu pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diaktibatkan
karena berbagai penyebab. Contohnya pasien apendisitis perforasi
dengan
septi semia, atau pasien ileus obstruksi dengan iskemia miokardium. ASA 4,
yaitu pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung mengancam
kehidupannya.
ASA 5, yaitu pasien tidak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun
dioperasi
atau tidak.
Contohnya pasien tua dengan perdarahan basis
krani dan syok
hemoragik
karena ruptura hepatik. Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan
darurat
dengan mencantumkan tanda darurat (E = emergency), misalnya ASA 1 E atau III E.
Menurut
Kee et al(1996), Anastesi seimbang, suatu kombinasi obat-obatan,
sering
dipakai dalam anastesi umum. Anestesi seimbang terdiri dari:
1.Hipnotik
diberikan semalam sebelumnya
2.Premedikasi,
seperti analgesik narkotik atau benzodiazepin (misalnya,
midazolam
dan antikolinergik (contoh,atropin) untuk mengurangi sekresi
diberikan
kira-kira 1 jam sebelum pembedahan
3.Barbiturat
dengan masa kerja singkat, seperti natrium tiopental (Pentothal)
4.Gas
inhalan, seperti nitrous oksida dan oksigen
5.Pelemas
otot jika diperlukan
2.1.2 Tahap-tahap Anestesi
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu; Stadium I (stadium
induksi atau
eksitasi
volunter), dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan
hilangnya
kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi
pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi. Stadium II (stadium eksitasi
involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium
pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak,
pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, muntah, midriasis, hipertensi,
dan takikardia. Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu;
Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota
gerak. Tipe pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata
bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea terdepresi. Plane II, ditandai
dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua otot
mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai dengan respirasi
regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi.
Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan
paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan
gambaran seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrimal (Munaf, 2008).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1
Prosedur Kerja
Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum
adalah menyiapkan 6 ekor mencit yang sudah di puasakan (kurang lebih
12-14jam sebelum di gunakan untuk praktik) dan kemudian di timbang untuk
mengetahui berat badan mencit , setelah itu di tentukan dosis anastesi yang
akan diberikan pada setiap mencit kemudian dilakukan penyuntikan menggunakan
sonde (jarum suntik yang ujungnya tumpul) untuk dimasukan kedalam mulut mencit
kemudian perlahan-lahan di masukan melalui tepi langit-langit kebelakang sampai
ke esofagus. Kemudian di lakukan pengamatan pada masing masing mencit dan
melakukan pencatatan ketika mencit tidur sampai mencit tersebut terbangun.
3.2 Alat dan Bahan
Alat : Bahan
:
- Kloralhidrat serbuk - Timbangan
Hewan
- phenobarbital tab 30mg - Disposible
- Tragakan
- Alat gelas qs
- Mencit putih jantan - Timer
- Aqua dest
- Wadah Tempat
Pengamatan
Pembuatan
sediaan
¢ Siapkan
alat dan bahan
¢ Setarakan
Timbangan
¢ Kalibrasi
Beaker glass dan vial
¢ Timbang
100 mg tragakan lalu gerus dalam lumpang, masukkan ke dalam beakerglass
tamahkan aquadest sedikit demi sedikit ad 20 ml ,kemudaian beaker glass diberi
etiket “tragakan ½ %”
¢ Gerus
1 tablet fenobarbital (@ 30 mg)
tambahkan tragakan ½ % sedikit demi sedikit ad 4 ml pada vial berikan etiket “ Fenobarbital 30mg/4ml”
¢ Timbang
100 mg kloralhidrat dalam vial , tambahkan tragakan ½ % sedikit demi sedikit ad
4 ml pada vial berikan etiket “kloralhidrat 25mg/ml”
Kami mengumpulkan data dari 4 kelompok
dan begini hasilnya :
Kelompok 1 :
¢ Fenobarbital
= 0,0026 X 1100 mg = 2,86 mg/20 g BB mencit
¢ Kloral
hidras = 0,0026 X 2500 mg = 6500 / 20 g BB mencit
¢ Mencit
berat 20 gram = 20 g / 20 g X 0,2 = 0,20 ml
¢ Mencit
berat 21 gram = 21 g / 20 g X 0,2 = 0,21ml
¢
|
Mencit berat 24 gram =
24 g / 20 g X 0,2 = 0,2 4ml
¢ Mencit
berat 19 gram = 19 g / 20 g X 0,2 = 0,19 ml
¢ Mencit
berat 20 gram = 20 g / 20 g X 0,2 = 0,20 ml
¢ Mencit
berat 19 gram = 19 g / 20 g X 0,2 = 0,19 ml
Kelompok 2 :
¢ Fenobarbital
= 0,0026 X 1100 mg = 2,86 mg/20 g BB mencit
¢ Kloral
hidras = 0,0026 X 2500 mg = 6500 / 20 g BB mencit
¢ Mencit
berat 21 gram = 21 g / 20 g X 0,2 = 0,21 ml
¢ Mencit
berat 21 gram = 21 g / 20 g X 0,2 = 0,21 ml
¢ Mencit
berat 23 gram = 23 g / 20 g X 0,2 = 0,23 ml
¢ Mencit
berat 19 gram = 19 g / 20 g X 0,2 = 0,19 ml
¢ Mencit
berat 21 gram = 21 g / 20 g X 0,2 = 0,21 ml
¢ Mencit
berat 27 gram = 27 g / 20 g X 0,2 = 0,27 ml
|
||||
![]() |
||||
Kelompok 3 :
¢ Fenobarbital
= 0,0026 X 1100 mg = 2,86 mg/20 g BB mencit
¢ Kloral
hidras = 0,0026 X 2500 mg = 6500 / 20 g BB mencit
¢ Mencit
berat 23 gram = 23 g / 20 g X 0,2 = 0,23 ml
¢ Mencit
berat 25 gram = 25 g / 20 g X 0,2 = 0,25 ml
¢ Mencit
berat 20 gram = 20 g / 20 g X 0,2 = 0,2 ml
¢
|
¢ Mencit
berat 23 gram = 23 g / 20 g X 0,2 = 0,23 ml
¢ Mencit
berat 21 gram = 21 g / 20 g X 0,2 = 0,21 ml
Kelompok 4 :
¢ Fenobarbital
= 0,0026 X 1100 mg = 2,86 mg/20 g BB mencit
¢ Kloral
hidras = 0,0026 X 2500 mg = 6500 / 20 g BB mencit
¢ Mencit
berat 23 gram = 23 g / 20 g X 0,2 = 0,23 ml
¢ Mencit
berat 24 gram = 24 g / 20 g X 0,2 = 0,24 ml
¢ Mencit
berat 20 gram = 20 g / 20 g X 0,2 = 0,20 ml
¢ Mencit
berat 20 gram = 20 g / 20 g X 0,2 = 0,20 ml
¢ Mencit
berat 22 gram = 22 g / 20 g X 0,2 = 0,22 ml
¢ Mencit
berat 22 gram = 22 g / 20 g X 0,2 = 0,22 ml

|
pada
bab anastetik yang sudah kita lakukan praktikumnya menggunakan kloralhidras dan
phenobarbital , kita mendapatkan data
dari 4 kelompok .
1. pada kelompok pertama didapatkan dari ke 6
mencit yang diberikan phenobarbital dan kloralhidras , tidak ada yang tidur .
2. Pada
kelompok kedua dari 6 mencit yang diberikan phenobarbital dan kloralhidras , ada
satu mencit yang tidur , dengan berat badan 19 g di oral phenobarbital dengan
volume 0,19 ml di oral pada pukul 17:15 dan mulai tidur pada pukul 17:24 bangun
pada pukul 19:29
3. Pada
kelompok tiga , 6 mencit yang diberikan phenobarbital dan kloralhidras tidak ada yang tidur juga.
4. Pada
kelompok terakhir atau kelompok empat , dari 6 mencit yang di berikan
phenobarbital dan kloral hidras , ada satu mencit yang tidur yaitu mencit yang
diberikan oral kloral hidras , dengan berat badan 23 g diberikan kloral hidras
sebanyak 0,23 ml , di oral pada pukul 16:58 dan tertidur pada pukul 17:17 , dan
sampai pukul 20:00 belum bangun .

Tidak ada komentar:
Posting Komentar